Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo sudah menyusun rencana pemulihan sektor pertanian yang rusak akibat letusan Gunung Sinabung. Saat ini, pemerintah hanya menunggu kepastian status Sinabung hingga batas perpanjangan masa tanggap darurat yang berakhir pada 23 September 2010. Pemulihan pertanian akan difokuskan pada radius 6 kilometer (km) dari puncak Sinabung sesuai Surat Bupati Karo terakhir, tertanggal 11 September 2010 dengan jumlah 29 desa di empat kecamatan, yakni Kecamatan Simpang Empat, Naman Teran, dan Payung. Berdasarkan laporan data Pemkab Karo, kondisi pertanaman saat ini secara visual masih baik, dalam arti tumbuh subur dengan luas, tanaman pangan (padi, jagung, kacang tanah, dan ubi jalar) seluas 2.639 hektare (ha), sayuran (cabai, tomat, kubis, kentang, petsai, dan sebagainya) seluas 2.368 ha.
Selanjutnya, buah-buahan (jeruk, pisang,alpukat ,dan lain-lain) seluas 828 ha,dan tanaman perkebunan (kopi, kakao, dan sebagainya) seluas 1.126 ha. Total lahan pertanaman di seputaran radius 6 km tersebut, yakni 6.961 Ha. Kepala Dinas (Kadis) Pertanian Karo Nomi Sinuhaji mengungkapkan, sejauh ini mereka masih menunggu penjelasan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengenai status Sinabung. Jika masyarakat sudah kembali ke desa, Dinas Pertanian akan melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang hasil penelitian laboratorium dan memberikan bantuan sarana produksi kepada petani berupa pupuk dan pestisida.
“Kalau penanganan yang segera memang belum bisa karena yang masih diurusi, yakni pengungsi. Kalau ini sudah selesai,baru kami bekerja lagi,” ujar Nomi saat dihubungi dari Medan kemarin. Selain sosialisasi dan pemberian bantuan penunjang produksi pertanian, pemerintah juga berencana memberikan bantuan upah tenaga kerja harian lepas bagi para petani untuk membantu penyiangan lahan. Sejak pekan kedua pascaletusan Sinabung, paginya memang banyak pengungsi yang kembali ke desa untuk memanen hasil pertanian atau sekadar melihat-lihat ladangnya. Sorenya, mereka kembali ke pengungsian.
Masalahnya, kini banyak petani yang tidak bisa memanen dan mengurus ladangnya karena kekurangan tenaga kerja. “Saat ini banyak petani yang tidak merawat ladangnya lagi. Katanya karena kekurangan tenaga kerja. Ini juga menjadi masalah besar saat ini,” tuturnya. Sesuai hasil pengujian Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara (Sumut), letusan Sinabung yang disertai semburan debu vulkanik mengakibatkan tertutupnya tanaman dengan debu sulfur (SO2) dan besi (Fe). Berdasar hasil uji laboratorium, debu tersebut tidak berbahaya bagi pertumbuhan tanaman karena dibantu cuaca yang sangat baik akibat turunnya hujan di kawasan radius 6 km.
Bahkan, ini akan membantu dan bermanfaat bagi kesuburan tanah dan tanaman. Hanya, prediksi kehilangan hasil pertanian dengan ketebalan debu pada permukaan daun tanaman akan menghambat proses fotosintesis. Sementara itu, hingga saat ini, para petani masih berada di pengungsian sehingga telantarnya lahan pertanian yang berimplikasi terhadap serangan organisme pengganggu tanaman serta terjadinya persaingan antara gulma dan tanaman dalam serapan unsur hara yang terkandung dalam tanah. Pemerintah menjamin hasil pertanian di kawasan Sinabung tidak mengganggu kesehatan.Berdasarkan uji laboratorium, semburan Sinabung tidak mengandung silika yang biasa menjadi bahan pembuatan kaca.
“Kalaupun ada debu,hanya mengandung sulfur.Karena hujan sudah turun, jadi sudah menurun,” ujarnya. Berdasarkan perhitungan sementara Pemkab Karo dari angka prediksi kehilangan atau kerugian hasil pertanian sebesar Rp20,07 miliar. Besar kerugian ini lebih sedikit dibanding perhitungan Dinas Pertanian Sumut yang dilansir di awal letusan Sinabung, yakni sekitar Rp29 miliar. Namun, potensi kehilangan hasil produksi pertanian ini akan lebih besar lagi apabila kegempaan Sinabung melebihi masa tanggap darurat atau berkelanjutan hingga sebulan ke depan atau lebih disebabkan pertanaman yang saat ini sudah ditinggalkan para petani.
Dinas Pertanian Karo telah merencanakan program pemulihan pertanian apabila para pengungsi telah kembali ke lahan pertaniannya dengan anggaran sebesar Rp63,50 miliar yang ditujukan untuk penelitian sampel tanaman, pengadaan sarana produksi, dan upah tenaga kerja lepas harian. Kepala Dinas Pertanian Sumut M Roem sebelumnya sudah menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Sumut (Pemprovsu) juga akan membantu penanganan sektor pertanian di Karo pascaletusan Sinabung. Bantuan yang diberikan bisa saja berupa bibit dan penyuluhan pertanian.
Sementara itu, berdasarkan data PVMBG pada 19 September 2010, sejak pukul 06.00–12.00 WIB terekam 8 kali gempa vulkanik, 19 kali gempa embusan, 1 kali gempa tektonik lokal, dan 2 kali kejadian gempa tektonik jauh. Berdasarkan pemantauan, cuaca terang, angin lemah dari barat dan Sinabung tampak jelas mengeluarkan asap berwarna putih tebal setinggi 50 meter dengan tekanan sedang.